Minggu, 17 April 2011

Untuk Menjadikan Marx Suci Mereka Harus Menghapus Orang Yang Sebenarnya

                Laki-laki dengan kacamata rabunnya yang besar tersenyum, “Kita naik kereta api supaya bisa melihat bagaimana rakyat hidup. Apakah kau membawa serta makanan kaleng?”
                Laki-laki kecil bertubuh gemuk tertawa ramah, “Perutku ini payah. Makanan rakyat kita termasuk yang paling tidak higienis di planet ini. Di Barat, air yang mengalir jauh lebih bersih dibandingkan air mineral dalam botol di negara kita.”
                “Jadi sekarang ada kontradiksi,” yang mengenakan kacamata rabun besar dengan tajam mengolok-olok. “Kau ingin menikmati semua kesenangan yang diberikan oleh peradaban tanpa mau mengangkat jarimu untuk membangunnya!”
“Membangun peradaban sangatlah sulit. Tetapi tidak begitu dengan memberi jaminan kepada sejumlah kecil orang suatu kehidupan yang beradab. Mengapa? Karena tidak ada yang lebih mudah dari itu. Seperti kukatakan sebelumnya, peradaban adalah perjalanan panjang yang berat. Bagi orang yang seprimitif kita, menggunakan agama untuk menuntun mereka melewati jalan-jalan pintas menuju kemuliaan adalah ratusan kali lebih mudah daripada berusaha membuat mereka beradab.”
                Laki-laki berkacamata rabun mengedipkan matanya, “Bukankah itu agak sedikit sinis? Apa yang ingin kau katakan?”
                Laki-laki kecil tertawa terpekik-pekik. “Kebenaran mana yang tidak sinis?

Sabtu, 16 April 2011

Anti-Statis

Aha, pas bongkar-bongkar notes saya nemu tulisan ini. Lupa kalo pernah nulis ini, tanggal kapan saya nulisnya juga udah gak inget, gak kecatet. Tapi abis baca, saya bisa inget kejadiannya. Dan saya pikir lumayan juga buat dibagi, jadi saya ketik lagi deh..
* * * * *

Waktu jalan ke Kediri, pake bus antar-kota, malam-malam gitu, dua orang mbak-mbak di belakang kursi saya lagi rame. Sebenernya gak rame-rame juga sih, tapi saya denger suara mereka, jadinya saya nguping.. Hehee.. Rupanya mereka lagi curhat-curhat manis gitu. Dalam satu sesi curhatannya, si mbak yang satu cerita kalo cowoknya minta dia biar bisa lebih dinamis gitu. Haha.. Dinamis?? Ya rupanya si mbak ini ngerasa hari-harinya di Malang selama kuliah itu garing..hampa..

Ya gimana gak mau garing kalo sehari-hari acaranya cuma bangun tidur buat nongkrong di kelas tertutup liat dosen mengulang hal-hal yang sama selama bertahun-tahun, abis itu paling pergi ke kantin, basa-basi, ngomongin sinetron ato acara-acara tv yang lagi hip, trus pulang ke kos buat tidur. Ntar bangun lagi buat makan, nonton tv, trus tidur lagi, bangun lagi..tidur lagi..