Jumat, 15 Januari 2010

Tahun Baru Ngapain?!

“Tahun baru ngapain?!..”

Bosan juga aslinya.. Selalu pertanyaan yang sama dari tahun ke tahun, tiap beberapa minggu menjelang 31 desember, dan bahkan makin gencar saat mendekati hari-h. Dan masih juga besok-besoknya, minggu-minggu pertama januari, selalu ada pertanyaan yang sama: tahun baru ngapain?!

Kenapa ya orang-orang suka meributkan hal itu? Tentang apa yang akan mereka lakukan pada sekian rentang lintasan waktu yang mereka beri nama ‘tahun baru’ itu?

Saya tahun baru gak ngapa-ngapain.. Gak berkeliaran ke mana-mana, gak ber-hura-hura, gak kebut-kebutan di jalanan yang macet, gak check in kamar, gak bakar apa-apa. Biasa saja.. Tahun baru kemarin saya menyicil editan buku novel 1984-nya George Orwell, yang aslinya berbentuk buku fisik biasa itu, saya convert, saya ubah jadi format digital, biar nantinya bisa lebih mudah disebar-sebarkan, dan bisa lebih awet disimpennya. Sementara sudah dapat sekitar seperempatnya, dan saya perkirakan sebelum akhir januari nanti sudah selesai, sehingga kalau misalnya tertarik kalian bisa download lewat blog ini atau dapat copy-nya lewat saya. Tentang buku 1984 ini, kalau ada yang belum tahu, mungkin nanti saya sempatkan untuk buat juga tulisan semacam review-nya gitu..

Sekarang, kita ngomong tentang tahun baru. HARI LIBUR INTERNASIONAL itu. Aneh juga lho, rasa-rasanya gak pernah ada suatu hari, walau cuma satu hari, dimana semua orang bisa ketemu, bersenang-senang, bisa liburan bareng, dan mereka punya pemikiran yang sama serupa: tahun baru, a new year!. Dan itu gak cuma di satu wilayah regional saja, tetapi di seluruh penjuru dunia, a whole world! Bayangkan, bahkan agama dengan jumlah umat terbesar di dunia: islam, yang jumlah umatnya saingan sama jumlah umatnya slank, masih punya selisih paham tentang hari apa tepatnya hari-hari besar mereka akan berlangsung. Misalnya, untuk menentukan hari pertama dimulainya bulan berpuasa atau hari besar idul fitri, adalah hal yang wajar jika nampak muncul perdebatan dari kelompok-kelompok yang ada (yang diam-diam semuanya mengklaim punya otoritas penuh atas umat). Dan, sementara mereka-mereka ini sibuk berdebat, sebenarnya para pelaku industri komoditas dengan cerdas, cekatan dan cermat mengambil kesempatan besar demi keselamatan umat, yang layaknya domba-domba yang tersesat, sedang kebingungan menanti hasil keputusan para pemimpinnya.. Mereka membangun dan membuka pintu ‘ruang ibadah’ (yang sekarang ini kita kenal dengan nama trendy: MALL) lebar-lebar, mereka mempersilahkan setiap orang untuk datang dengan khidmat dan takjub di dalamnya, apalagi kalau kamu punya duit banyak! Mereka akan mengumumkan dengan gencar lewat setiap corong yang ada: Kami juga punya hari besar! Bahkan setiap hari! Masuk dan selamatkan dirimu di dalam sini! Kami menggelar hari besar setiap hari! Bayangkan, SETIAP HARI! SALE BESAR-BESARAN!!!

Nah, hari raya tahun baru ini, berbeda sekali. Satu hari besar yang mampu melampaui batas-batas agama, ideologi, genre musik, kasta-kasta sosial-ekonomi, negara, atau apapun yang setiap hari nampak sebagai belenggu. Gak peduli kamu adalah anarkis atau seorang dangdut-core militan, kamu akan punya satu cara pandang, way of thinking, satu kesempatan yang sama untuk terlibat di dalamnya. Hanya ada satu hari yang pasti kapan hari raya tahun baru ini dilangsungkan, dan semua orang akan serempak bersorak dan meniup terompetnya keras-keras..

Saya pernah dengar bahwa masih ada juga sebenarnya kelompok-kelompok kecil yang merayakan hari raya tahun barunya dengan selisih waktu beberapa hari dari hari yang disepakati secara otomatis di seluruh penjuru dunia. Orang-orang ini meskipun memakai sistem penanggalan masehi yang sama dengan yang umum dipakai sekarang, tapi mereka punya dasar yang berbeda tentang kapan dimulainya hari pertama masehi itu. Saya lupa tentang di mana dan apa nama komunitas orang-orang ini. Tapi itu tak meruntuhkan fakta bahwa setiap orang akan butuh dan sibuk merayakan tahun barunya.

Yang ingin saya omongkan di sini adalah, bahwa dalam perputaran roda industri dunia, yang tentu disokong dengan sistem kapitalistiknya, hari raya tahun baru adalah satu momen teramat penting untuk dilewatkan! Bayangkan, dimana lagi dapat ditemui kondisi ketika setiap orang akan mendapatkan liburannya, kemeriahannya, kesempatan besar sesaat untuk meruntuhkan norma dan dinding-dinding status, menghirup nafas panjang dan dalam setelah setahun penuh berkubang lumpur, di manapun mereka berada. Satu momen penting ketika pacarmu tak akan banyak pikir dan membacot untuk menyerahkan keperawanan atau keperjakaannya dengan ceria berbunga-bunga. Satu momen menyenangkan ketika setiap anak tak harus melewatkan tengah malamnya dengan meringkuk cemas di balik selimut-selimut pengapnya, mereka bahkan bisa berkeliaran tengah malam di jalanan raya!

Ya, setiap orang akan berlibur. Mengkonsumsi secara serempak barang-barang yang sebelumnya telah diproduksi secara masal besar-besaran dan tak kenal ampun. Bahkan bagi orang-orang yang sebenarnya juga masih harus bekerja di hari itu, orang-orang semacam sales, polisi, petugas isi bensin, atau juga para artis penghibur, mereka akan melakukan kerjanya dengan ritme dan soul yang berbeda dari hari-hari biasanya. Mereka turut larut dalam keceriaan tahun baru. Dan ini adalah satu momen penting bagi para pelaku industri dunia. Satu hari tanpa demonstrasi buruh, satu hari tanpa pidato politik, tanpa konser atau pertunjukan yang menohok, tanpa gejolak yang berarti selain melejitnya margin keuntungan yang didapat. Hari yang menyenangkan, yang gak akan ada tandingannya sampai satu tahun mendatang. Sangat menyenangkan..!!

Tapi, karena saya sadar bahwa saya bukan pendukung berat model sistem seperti ini, saya gak berhasrat untuk terlibat langsung di dalamnya. Tahun baru kemarin saya gak kemana-mana, menolak setiap ajakan atau undangan untuk party atau sekedar ‘kumpul-kumpul’, saya gak bakar jagung ato ayam, gak bakar apa-apa (oh, saya membakar rokok, tapi itu kan biasa..), gak party, gak mabuk, gak nonton acara-acara tv, gak terlarut euforia-nya. Tahun baru kemarin saya memilih untuk melakukan hal yang lebih penting dari itu semua. Saya memilih untuk menyelesaikan editan buku novel 1984-nya George Orwell, yang aslinya berbentuk buku fisik biasa itu, saya convert, saya ubah jadi format digital, biar nantinya bisa lebih mudah disebar-sebarkan, dan bisa lebih awet disimpennya. Sementara sudah dapat sekitar seperempatnya, dan saya perkirakan sebelum akhir januari nanti sudah selesai, sehingga kalau misalnya tertarik kalian bisa download lewat blog ini atau dapat copy-nya lewat saya. Tentang buku 1984 ini, kalau ada yang belum tahu, mungkin nanti saya sempatkan untuk buat juga tulisan semacam review-nya gitu..

1 komentar: