Jumat, 03 Desember 2010

Mereka Berpikir Pake Pantat! (I)


Cerita-cerita tentang acara atau gig musik punk, atau yang beraroma punk, yang kemudian diserbu warga, dibubarkan aparat, diserang ormas, atau apalagi yang dirusak dan terpaksa harus dibubarkan di tengah jalan gara-gara ulah orang-orang di dalam gig itu sendiri, sudah sering kita dengar. Banyak cerita-cerita tentang itu. Di tempat dimana ada scene punk, masing-masing biasanya punya pengalaman-pengalaman seperti itu.

Dan koleksi cerita tentang acara atau gig yang dihancurkan oleh massa baru saja bertambah satu. Yang ini dari Surabaya. Yang menyerbu dan merusak, saya sebenarnya agak-agak gak yakin tentang ini, tapi sementara kita sebut saja: bonek! Ya, bonek, sebutan untuk gerombolan massa suporter bola pecinta Persebaya itu, yang warna kaos kebangsaannya ijo itu, yang favoritnya pake simbol-simbol buaya itu, yang suka bentrok sama Aremania itu, yang katanya kalo naik kereta atau masuk stadion suka gak bayar tapi maksa masuk itu, sehingga disebut bonek, yang artinya bondo nekad alias cuma bermodal nekad tapi gak mau mikirin efeknya ke orang lain.


Ya, saya memang gak terlalu tertarik nonton bola, apalagi harus berkecimpung sama yang namanya massa gila bola, terutama yang sudah terkotak-kotak jadi massa yang bawa-bawa kotak suku dan ras. Tapi saya masih mau menghargai hak-hak orang lain untuk melakukan segala yang dia suka. Menjadi suporter sebuah tim sepak bola menurut saya boleh-boleh saja. Memproduksi atribut-atribut dan merchandise sebagai bagian dari bentuk kreatifitas ok saja. Saya menghargai sepak bola sebagai sebuah bentuk olah raga dan kreatifitas, itu saja. Kalau sudah menjurus ke fanatisme, apalagi yang di-backup oleh industri dan bisnis, saya jadi muak.

Sebenarnya sampai sekarang, pasca kejadian, saya masih belum yakin bahwa gerombolan massa yang mengacak-acak acara kami waktu itu adalah bonek. Tapi gara-gara fakta yang terjadi di lapangan waktu itu dan juga dari info-info yang berkembang setelahnya, memang mau gak mau kita akan terbawa ke kesimpulan itu.


Cerita singkatnya begini, awalnya ini adalah sebuah format acara seperti biasanya. Judulnya, Pameran Komik Bersama 'Sindikat Pasar Gelap', tgl. 22-23 Oktober 2010. Tempatnya di Galeri Surabaya, Komplek Balai Pemuda Surabaya. Di dalamnya ada acara utama berupa pameran komik dari komikus Surabaya, Jember, Jakarta, Blitar, Malang, Solo, Yogya, dan Bandung. Komik yang ditampilkan adalah komik-komik indie atau underground atau alternatif atau komik-komik perlawanan gitu. Dan pas penutupan pamerannya ada gig yang diorganisir sama Garasi 337 Kolektif. Nah, kejadiannya pas malam tgl.23 itu. Awalnya ya biasa, seperti yang banyak terjadi pada gig-gig punk. Ada band-band main dan perform bergantian, banyak yang pogo, moshing, ada yang kesenggol, ada yang keserempet, ada yang gak mau terima, ada yang mulai mukul, temannya ikutan mukul, ada yang melerai, dan biasanya ada lebih banyak lagi yang malah kepancing ikut mukul.

Satu-satunya jalan, biasanya, adalah mengusir salah satu pihak ke luar lokasi acara. Dan begitulah yang terjadi. Orang-orang yang mulai mukul gara-gara gak terima kesenggol pas pogo tadi sudah keluar dari acara. Kira-kira beberapa menit setelah itu mereka sempat balik lagi ke acara, nyari orang-orang yang mukulin mereka, bikin ribut lagi, dan bisa diusir keluar lagi. Tapi kira-kira sekitar seperempat atau setengah jam kemudian, tiba-tiba dari berbagai penjuru jalan menuju ke lokasi acara secara serentak muncul banyak sekali orang-orang. Ada yang jalan, ada yang berlari-lari, ada yang naik motor, jumlahnya mungkin sampai seratusan orang lebih, pastinya gak tahu dan gak penting juga menghitung-hitung. Yang jelas secara serempak semuannya mengarah, mengepung, ke satu bangunan pojok di perempatan air mancur Jl. Gubernur Suryo, dimana acara sedang berlangsung. Dan tahu apa yang mereka bawa di tangan-tangan mereka? Pentungan-pentungan kayu, ada yang dari besi, rantai, gir sepeda motor, batu-batu balok!! Dalam sekejap, otak yang normal bisa mengkalkulasi apa yang bakal terjadi. Saya harap otak kamu normal juga untuk membayangkan bagaimana kejadian berikutnya, saya malas menceritakan detail detik demi detiknya. Yang jelas, sharp, tajam, secepat fastcore. Mencekam, bikin merinding, seperti musiknya Tragedy. Brutal seperti Bleeding Torough, yang sempat main gemilang dengan aksi grindcore ngesotnya malam itu, sebelum kejadian.

Dan ini, yang bikin muak: Sempat-sempatnya ada orang-orang yang men-sweeping anak-anak punk dari luar Surabaya, apalagi yang dari Malang. Saya bisa mempertanggungjawabkan info ini, karena jelas sekali saya lihat dan dengar todongan beberapa orang-orang dari gerombolan massa itu, mereka menghampiri kawan-kawan lain yang sempat menyelamatkan diri keluar gedung, menyingkir ke area yang lebih aman di sekitaran gedung. Saya masih ingat mereka menodong-nodong, sambil bawa pentungan, merepet seperti petasan, mereka bilang: "Onok arema ndek kene. Ndi arek malang? Arema jancok!! Koen arek endi?! Suroboyo?? Suroboyo ndi?! Ndi arema, heh!!"

Yah, tentu saja, todongan-todongan semacam itu, di saat seperti itu, sangat tidak layak untuk dilayani, karena... Karena kira-kira sepuluhan meter di depan saya dan teman-teman lain yang gak sempat lari lebih jauh (karena gak tega juga meninggalkan barang-barang lapakan dan titipan-titipan lain yang sebelumnya sudah diangkat dan di-packing di luar gedung biar nantinya mudah dibawa), kira-kira dua buah sepeda motor sudah dirobohkan dari parkiran dan sedang dirajam pake pentungan!! Beberapa dari yang mukul, teriak-teriak: "Deltras jancok!", "Sidoarjo taekkk!!". Baru saya tahu, sehabis tragedi itu, sepeda motor yang dirajam itu memiliki plat nomor W.


Begitulah, kejadiannya kira-kira seperempat atau setengah jam gitu. Kemudian massa bubar, menyebar ke segala arah. Sedikit demi sedikit, kami mulai mengumpul lagi ke area gedung, hati-hati memperkirakan apa yang bisa terjadi setelahnya. Semua nampak shock. Sangat shock! Beberapa melanjutkan untuk segera cabut saja dari lokasi. Beberapa memeriksa luka-lukanya. Beberapa motor rusak ringan, yang ketahuan hancur ada dua buah. Beberapa alat musik rusak, ternyata ada yang ilang juga, sound dijebol tadi. Pintu gedung rusak. Kaca mobil yang diparkir di situ juga pecah. Banyak helm yang ilang. Evakuasi teman-teman yang tersisa dan barang-barang penting, terutama yang tadi dipakai buat gig, dilakukan. Semua masih shock. Sangat shock!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar